Minggu, 20 Januari 2008

SERVANT LEADERSHIP

SAATNYA BOS “MELAYANI” BAWAHAN. Menjadi Pemimpin memang tidak mudah . Di satu sisi, Anda dituntut menunjukkan performa terbaik pada perusahaan. Di sisi lain, Anda juga harus mampu mengarahkan dan memotivasi bawahan agar mencapai target perusahaan serta mengembangkan potensinya. Bisa mencapai semua tujuan itu dalam waktu bersamaan memunculkan berbagai model kepemimpinan yang diterapkan di dalam perusahaan.

Dulu, kebanyakan model kepemimpinan yang diterapkan adalah menempatkan bawahan sebagai pelayan (autokratik) atau anak (paternalistik). Sekarang, kedua model ini sudah dianggap usang, karena “hanya” bisa mencapai target perusahaan dalam jangka pendek. Sebagai gantinya, kini banyak perusahaan yang mulai menerapkan model kepemimpinan pelayan atau “servant leadership”, yang memprioritaskan pemberdayaan karyawan sebagai “tiket” untuk mencapai target dan keuntungan bagi perusahaan dalam jangka panjang.

BAWAHAN SEBAGAI PARTNER. Sebenarnya, kepemimpinan pelayan bukanlah model baru, konsep ini sudah diperkenalkan oleh Robert K. Greenleaf, seorang konsultan manajemen perusahaan AT&T di Amerika, sejak tahun 1970. Dalam esainya yang berjudul “The Servant as Leader”, Greenleaf menekankan, bila seseorang ingin menjadi pemimpin yang efektif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki motivasi dan hasrat yang besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain (bawahan, atasan, dan pelanggan). Dalam hal ini, atasan harus mampu mendorong bawahan untuk mencapai potensi optimalnya. Mengapa demikian?

Bawahan yang sudah berhasil mencapai potensi optimalnya akan bisa merasakan kepuasan bekerja, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan. Sehingga, mereka akan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan atau konsumen yang dilayani. Tentu saja hal ini akan menjadi nilai tambah perusahaan, karena efeknya membuat pelanggan menjadi loyal. Ujung-ujungnya, keuntungan finansial perusahaan akan meningkat.

Menurut pakar motivasi, Mario Teguh, kesuksesan karier seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuannya untuk melayani. “Mengapa seorang karyawan diberikan kompensasi gaji? Karena mereka dinilai berharga. Mengapa mereka dianggap berharga? Karena mereka dianggap penting untuk perusahaan. Mengapa mereka dianggap penting? Karena, mereka bersedia untuk melayani. Nah hal yang sama juga berlaku untuk seorang pemimpin. Agar Anda dianggap penting (yang berarti juga berpengaruh), Anda harus mau dan siap melayani,” jelas Mario.

Ia menambahkan, ada perbedaan mencolok antara bos (pemimpin karena jabatan) dan pemimpin (pemberi pengaruh). Para Bos, bila sudah tak lagi memangku jabatan, tidak akan dianggap penting lagi oleh bawahannya, Berbeda dari pemimpin. Meski tidak lagi memegang posisi penting di perusahaan, ide-ide mereka tetap akan berpengaruh. Dalam hal ini, konsep kepemimpinan pelayan berguna untuk mencetak para pemimpin, bukan sekedar bos.

Dalam esensinya, pemimpin pelayan menawarkan sebuah konsep kepemimpinan yang mencetak pemimpin lain (regenerasi) dan bukan hanya mencetak anak buah, Pemimpin pelayan berpikir bahwa pada waktunya nanti, ia akan mempersiapkan anak buahnya menjadi pemimpin masa depan. Karena itu pemimpin pelayan memposisikan bawahannya sebagai partner untuk mencapai tujuan bersama.

MENJADI AGEN PERUBAHAN. Dalam penerapannya, kepemimpinan pelayan sering kali bebenturan dengan budaya perusahaan yang tidak produktif dan sudah ada sebelumnya. Untuk mengatasi hambatan tersebut, Mario menyarankan agar seorang pemimpin pelayan pemula, untuk menjadi agent of change (agen perubahan) lebih dahulu. Untuk menjadi agen perubahan, seorang pemimpin harus melewati 4 kelas, yaitu:

1. ACCEPTABILITY (diterima). Orang akan menerima Anda jika menunjukkan persamaan dalam beberapa hal dengan bawahan, misalnya hobi atau cara berpakaian. Sehingga, Anda tidak tampak mencolok di antara mereka.

2. LIKEABILITY (disukai). Anda akan disukai bila memiliki kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain.

3. TRUSTWORTHY (dipercaya). Hal ini bisa terjadi bila secara konsisten Anda mampu mendahulukan kepentingan anak buah di atas kepentingan pribadi. Pemimpin yang sudah masuk dalam kelas ini, ide-idenya selalu dipertimbangkan dan diikuti oleh anak buahnya.

4. RESPECTED (dihormati). Pemimpin yang masuk ke dalam kelas ini sudah memiliki kemampuan melihat kelebihan dan kelemahan bawahan, bahkan pada saat bawahan melakukan kesalahan. Ciri khasnya Anda sudah mampu mengendalikan diri untuk tidak memarahi bawahan secara kasar di depan umum.

Mario menambahkan, pemimpin bisa saja menegur bawahan dengan keras, tanpa harus kasar dan mematikan potensinya. Caranya saat menegur, tekankan betapa pentingnya peran bawahan tersebut bagi perusahaan. Selain mampu memilih kata-kata yang tepat saat menegur bawahan, pemimpin pelayan juga harus membekali diri dengan kemampuan “bercerita” (story telling). Artinya, agar pemimpin bisa mengubah budaya perusahaan, ia harus mampu berbicara kepada seribu orang seperti kepada satu orang. Hal ini merupakan ilmu komunikasi yang sulit, karena pemimpin harus lebih dulu mengetahui latar belakang tujuan para bawahannya bekerja,

YANG PERLU DIMILIKI UNTUK MENJALANKAN KEPEMIMPINAN PELAYAN, menurut Sylvina Savitri, konsultan karier dari Experd, yakni,

-Kepekaan membaca situasi (awareness) dan kemampuan untuk mendengarkan apa yang tersirat maupun tersurat dari kondisi yang dialami bawahan.

- Empati dan kemapuan untuk membantu bawahan dengan solusi dan saran yang tepat (healing).

-Kemampuan persuasive, yakni kemapuan menyakinkan bawahan untuk patuh pada aturan, tanpa bersifat memaksa.

-Kemampuan Konseptual, yakni kemampuan memimpin dan merumuskan visi bersama dan kemampuan untuk melihat akar permasalahan dan jalan keluarnya.

RANGKUL BAWAHAN UNTUK MENDUKUNG KEPEMIMPINAN.

-Buatlah forum untuk mengomunikasikan dan mensosialisasikan kepada bawahan tentang keinginan Anda untuk memenuhi target perusahaan serta mengembangkan potensi dan profesionalisme bawahan. Untuk itu. Anda sebaiknya memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengikuti berbagai pelatihan dan workshop.

-Bangunlah hubungan personal dengan semua bawahan. Kenali hal-hal yang bisa memotivasi kerja mereka. Galilah hal yang menjadi kebutuhan mereka. Jika memungkinkan, penuhi kebutuhan mereka untuk menunjang kinerja.

-Jadwalkan waktu secara berkala untuk melakukan coaching. Mangarahkan dan membimbing bawahan untuk berprestasi. Pada kesempatan ini Anda bisa sekaligus mencari tahu kemajuan masing-masing bawahan sertra memberikan motivasi dan bantuan yang diperlukan untuk perkembangan mereka.

-Terapkan open door policy, yakni dengan terbuka “mengundang” bawahan untuk datang ke meja Anda sewaktu-waktu, jika memang dibutuhkan. Selain itu, tidak ada salahnya bila Anda secara proaktif meminta feedback dari bawahan.

-Untuk membangun kepercayaan (trust), yang merupakan kondisi penting untuk membangun kepemimpinan pelayan, Anda harus bisa menunjukkan teladan dan konsistensi antara kata dan perbuatan. (Walk the Talk).

Sumber: Majalah Femina
Disalin kembali oleh: Suntiani ID Tianshi No.910.65615

Tidak ada komentar:

Posting Komentar